JAKARTA Kitatoday.com — Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia mencatat kerugian bersih sebesar Rp 2,39 triliun selama semester I tahun 2025, meningkat sebesar sekitar 41,37% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan ini dipublikasikan pada 24 September 2025 dan menjadi sorotan mengingat beban biaya operasional yang terus meningkat.
Faktor utama yang mendorong kerugian ini mencakup melonjaknya harga bahan bakar pesawat (jet fuel), fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar AS, serta biaya pemeliharaan dan operasional armada yang tinggi. Sejumlah rute belum pulih penumpang secara maksimal sejak sebelum pandemi, serta biaya pengelolaan layanan dan servis yang mengalami keterlambatan pembayaran vendor juga menambah beban likuiditas perusahaan.
Manajemen Garuda menyatakan bahwa meskipun ada pertumbuhan trafik penumpang dan beberapa rute profitabel, secara keseluruhan pendapatan masih belum mencukupi untuk menutup biaya operasional dan biaya tetap. Beberapa unit usaha pendukung juga dilaporkan belum menghasilkan margin yang diharapkan.
Sebagai respons, maskapai ini mempertimbangkan langkah restrukturisasi internal. Beberapa opsi yang diambil antara lain renegosiasi kontrak penyedia bahan bakar, efisiensi rute, pemangkasan biaya tetap, dan kemungkinan kolaborasi strategis dengan operator lain atau pihak investor. Manajemen juga menyebut pentingnya peningkatan load factor dan optimalisasi frekuensi penerbangan pada rute yang paling menguntungkan.
Investor dan analis pasar aviasi mengamati laporan ini dengan seksama. Kinerja keuangan Garuda dianggap indikator penting bagi stabilitas sektor penerbangan Indonesia, terutama karena maskapai ini melibatkan penerbangan domestik dan internasional. Keterlambatan pembayaran vendor dan utang valuta asing menjadi poin perhatian tambahan.
Pemerintah sebagai pemegang saham juga disebut akan memberi sinyal dukungan melalui kebijakan regulasi dan kemungkinan insentif jika maskapai berhasil menerapkan strategi pemulihan. Namun, dukungan pemerintah harus seimbang dengan pertanggungjawaban dan governance agar kerugian tidak terus membesar.